Home » , » Ku Pertaruhkan Cintaku

Ku Pertaruhkan Cintaku

Written By mas muhlis on Kamis, 27 Maret 2014 | 00.30


Senja menutup biasnya dengan mengubahnya menjadi malam yang pekat.Sejak nuansa senja sendu hingga malam yang pahit datang tak membuat hati saya larut dalam kelamnya hidup ataupun riang dalam gemerlap malam kota.Saya menunggu di sebuah café yang berada di jalan M.T Hariyono.Dengan suara yang keras, saya nikmati lantunan demi lantunan suara music pop.Saya ambil hand phone dan membaca sebuah pesan singkat.Malam ini dia akan datang menemui saya.Itu pesannya dalam sebuah sms yang sudah beberapa kali saya buka.Baris terakhir tertulis tantang tujuan saya ingin menemuinya.dalam sms itu dia menuliskan: temui saya jika kamu ingin tahu bagaimana perasaan kekasihmu sekarang, hei lelaki tampan.
gambar ivanie13.blogspot.com
Ketika saya membaca kata-katanya tersebut, hati saya merana, perih yang menyelusup seluruh rongga hati saya.Sesukanya saja dia berkata seperti itu, seakan-akan dia mengetahui keadaan hubunganku dengan kekasihkuku sekarang.Memang hubungan kami tidak direstui oleh orang tua saya.Selebihnya, saya sangat senang dan bahagia menjalani hubungan ini.Itu saya ketahui setelah Maya kekasihku mengaku telah diperingatkan oleh kedua orang tau saya untuk menjauhi saya.
Saya sangat bersyukur memiliki seorang pacar yang cantik jelita, indah parasnya, luhur budinya.Dia juga aktif dalam kegiatan organisasi disekolahnya.Memeng dia kerap kali sibuk dengan dengan agenda-agendanya itu.Tetapi saya tetap mendukung kegiatannya karena saya sangat mencintainya.
Tidak lama,pundak saya serasa ditepuk dari belakang, dan kontak saya tengok siapa gerangan.Seorang wanita cantik yang masih menggunakan seragam abu-abu putih dan mengenakan jaket biru.
“Hey mas Aji”Sapanya sambil duduk didepan saya.
“Hey juga…Mau pesan apa ?”
“Trima kasih…tapi tidak usah, kita langsung saja bicara tentang hubunganmu dengan Maya…Perkenalkan nama saya Yuni Deviana, panggil saja Yuni”
“Apa yang kamu tahu tentang Maya ?Lalu apa yang kamu inginkan ?”
Saya heran dengan penampilannya.Bagaimana mungkin sudah jam setengah delapan malam seorang perempuan masih menggenakan seragam sekolah.Saya juga melihat cara bicaranya sebagai seorang yang cerdas.Walaupun cara bicaranya terdengar agak sinis, tetapi tetap terlihat kalau dia adalah perempuan yang cerdas.
Di sinilah dia menawarkan sebuah perjajnjian kepada saya.Perjanjian itu menyangkut hubunganku dengan kekasihku Maya.Memang hubungan saya dengan Maya tidak mendapat restu dari kedua orang tua saya.Yuni menawarkan sebuah perjanjian yang terdengar agak gila untuk saya lakukan.Dia akan berpura-pura menjadi pacar saya dihadapan kedua orang tua saya.Tetapi dia mengajukan sebuaah syarat kepada saya.Dia ingin mendapatkan beasiswa di Universitas Negeri Surabaya (UNESA).Saya harus menemaninya mencari persyaratan dan sekaligus mengantarkannya kesurabaya untuk interviu dan daftar ulang jika dia diterima memlalui jalur beasiswa.
            “Hal itu sulit saya lakukan…”
            “Mengapa ?”
            “Saya sangat mencintai Maya…”
            “Sebelum kamu tahu tentang perjanjian tersebut, Maya sudah menyetujuinya.
Bahkan Mayalah yang mempunyai ide seperti ini…”
Mengetahui jika kekasihku sudah mengetahui perihal perjanjian tersebut saya pun agak sedikit lega.Yang saya herankan lagi adalah persyaratan yang dia ajukan kepada saya.Bukankah dia bisa mencari semua persyaratan untuk mendapat beasiswa itu sendiri dan untuk interviu dia juga bisa berangkat sendiri naik kereta api atau bus saja.
*****
Titik-titik air yang jatuh dari udara masih terlihat.Hari ini adalah hari daftar ulang Yuni di UNESA.Hari ini juga hampir dua bulan setelah aku bertemu Yuni di café dan tepat satu bulan setelah saya mengantarkannya untuk interviu.Hari ini Yuni memintaku menemaninya naik kereta api.Tidak seperti pada saat interviu, hari ini dia memintaku seperti itu karena dia belum pernah naik kereta api sebelumnya.
            “Bu aku berangkat kerumah Yuni…Mungkin nanti sore aku sudah pulang…”
            “Iya hati-hati…Jadi kamu naik kereta api ?”
            “iya Bu…Jadi, Yuni sendiri yang memintanya …”
Aku segera bergegas berangkat ke rumah Yuni.Karena kereta berangkat pukul 04.30 WIB, jadi aku harus ada di stasiun sebelum jam 04.30.
Sesampainya di rumah Yuni saya susdah melihat Ibunya duduk di halaman depan rumahnya.Saya langsung turun dari sepeda motor dan menyalaminya.
            “Syukur ya Ji…Yuni bisa diterima”
            “Iya Bu…”
            “Kamu masuk saja ! Mungkin Yuni sudah menunggu..”
Yuni hanya tinggal bersama Ibunya di rumah.Ayahnya bekerja sebagai pedagang kerajinan di Bali bersama kakaknya.Terlihat banyak sekali barang pajangan di ruang tamu.Walaupun rumahnya tidak terlalu besar menurut saya.Rumahnya sangat sederhana dan barang-barang yang ada di dalam rumah juga sangat sederhana .
            “Ayo Mas !”
            “Sudah siap ?”
            “Iya…Ayo cepat berangkat ! Nanti ketinggalan kereta”
Sesampainya di stasiun saya segera membeli tiket dan menunggu kereta berangkat di kursi.Tidak banyak orang yang naik kereta hari ini, mungkin karena hari ini adalah hari rabu dan kereta api penataran mulai berangkat dari Blitar.Yuni duduk di sampingku dan membuka tas miliknya.Dia mengeluarkan dua buah bekal yang disiapkan oleh ibunya.Dua buah donat besar yang katanya dia buat tadi malam bersama Ibunya.
Tidak lama berselang kereta berangkat.Saya merasa senang hari ini, karena setelah ini semua persyaratan sudah selesai saya lakukan.Mungkin setelah ini saya tidak akan bertemu dengannya lagi.Tapi saya tidak tahu apa yang dipikirkan Yuni saat ini.Mungkin senang karena dia diterima jalur beasiswa di UNESA.
            “Jam berapa kita sampai di sana Mas ?”
            “Kira-kira jam sepuluh Yun…”
Sesampainya di Surabaya kami langsung naik angkot menuju kampus UNESA.Hampir pukul sebelas kami sampai.Yuni langsung masuk ruang tempat daftar ulang.Dua jam kemudian Yuni keluar dangan wajah masih terlihat tegang.Saya sangat lega karena debgan ini saya melaksanakan semua syarat yang Yuni inginkan.
            “Sudah selesai Mas…”
            “Kita pulang sekarang atau istirahat dulu ?”
            “Langsung pulang saja Mas !”
Saya dan Yuni memutuskan pulang naik bus.Karena jika pulang naik kereta api kami harus menunggau sampai jam setengah lima sore.Jika naik bus perjalanan kami tempuh sekitar tiga jam.
Akhirnya kami tiba di Blitar.Setelah turun dari bus, saya dan Yuni harus jalan kaki untuk mengambil sepeda motor saya yang tadi pagi saya perkir di stasiun.Dan saat itu juga sumua syarat sudah saya penuhi.Lega rasanya, rasanya beban dibahu saya sudah hilang.Sekarang tinggal mengantarkan Yuni pulang dan saya bisa istirahat di rumah.
****
Saya melihat Maya dari jendela kereta api Mataremaja.Memang saya sengaja memintanya untuk menjemput saya di stasiun.Maya sekarang sudah bekerja di sebuah supermarket di dekat stasiun, maka dari itu saya meminta Maya menjemput saya.Hari ini Bapak Susilo Bambang Yudoyono dilantik menjadi presiden.
Saya Bekerja di Jakarta.Tidak tahu kenapa saya di minta pulang oleh Ibu saya.Mungkin karena Ayah saya sedang sakit.
            “Saya tidak mamapir  Ji..”
            “Kenapa Ay ?” Panggilanku kepada Maya
            “Saya tidak enak dengan keluargamu”
Saya hanya diantarkan Maya sampai di depan rumah.Kemudian saya melihat rumah dalam keadaan terkunci.Saya heran, jarang sekali rumah saya sepi seperti ini.Tiba-tiba salah satu tetangga saya memberi tahu kalau Ayah saya dibawa ke Rumah Sakit tadi pagi.Tetapi kunci rumah dititipkan olah Ibu saya di tetengga saya.Setelah diberi kunci rumah saya langsung masuk kerumah untuk mandi.
Belum juga saya selesai mengenakan pakaian hand phone saya berbunyi.Saya terkejut dangan nomer yang menghubungi saya.Nomer ini adalah nomer milik Yuni.Saya heran dengannya, sudah hampir luma tahun dia tidak pernah menghubungi saya.Tapi hari ini dia menelphon saya.Dia hanya member tahu saya jika saya sudah sampai saya disuruh oleh Ibu saya ke Rumah Sakit.
Saya langsung berangkat ke Rumah Sakit.Sesampainya di Rumah Sakit saya melihat Ibu saya dan Yuni sedang duduk di depan kamar rawat Rumah Sakit.Ternyata selama hampir lima tahu ini Ibu saya masih berhubungan dengan Yuni.
            “Bagaimana keadaan Ayah Bu ?”
“Ayahmu cuma kecapean…Hampir satu minggu Ayahmu tidurnya malam-                 malam…Banyak pekerjaan kantor yang sampai dibawa pulang…Kata dokter suda tidak apa-apa, paling besok pagi bisa dibawa pulang”
“Syukurlah kalau begitu Bu”
Saya lega mendengar kalau Ayah tidak apa-apa.Setalah saya menemui Ayah, saya menemui Yuni.Ternyata dalam kurun waktu hampir lima tahun setiap dia pulang di Blitar, Ibu saya selalu memintanya untuk main kerumah saya.Dan dalam kurun waktu lima tahun itu Ibu dan Yuni semakin dekat.Tetapi Ibuku tidak pernah cerita apa-apa kepada saya.
            “Apa kabar kamu Yun ?”
            “Baik Mas…Mas sendiri bagaimana kabarnya ?”
            “Baik juga”
            “Bagaimana dengan hubungan Mas dengan Maya ?”
            “Tadi Maya yang menjemput saya di stasiun”
Pagi harinya Ibu menyuruh saya pulang bersama Yuni untuk menata kamar Ayah saya.Pagi itu hujan sangat lebat.Sesampainya di rumah kami berdua sampai basah kuyub.Karena berangkatnya ke Rumah Sakit kemarin saya terburu-buru sampai tidak membawa jas hujan.
Kami berdua langsung masuk kamar Ayah saya.Seperti apa yang Ibu perintahkan kepada saya untuk menata kamar Ayah sebelum ayah pulang.
Tidak lama kemudian Ayah dan Ibu pulang dijemput olah paman saya.
****
            “Ibu dan Bapak setuju saja…”
            “Hanya resepsinya saja Bu .”
            “Jadi, kalian berencana merayakan respsi pernikahan kalian di Graha Patria…”
“Iya Bu Yah…ini sudah kami rencanakan sejak lama”
Besok saya akan menikah.Hampir satu tahun setelah saya terekir bertemu dengan yuni.Saya akan menikah dengan perempuan yang saya sangat cintai.Besok saya akan menikah dengan Maya.
Pada saat itu Maya mengaku bahwa dia telah membohongi saya selama ini.Ternyata bukanlah orang tua saya yang tidak menyetujui hubungan kami berdua.Dia melakukan itu karena dia takut saya akan meninggalkannya.Dalam waktu hampir enam tahun Maya membujuk orang tuanya untuk merestui hubungan kami berdua.Disatu sisi saya senang dengan keyakinan Maya untuk bisa meyakinkan orang tuanya pada saya.Tapi disisi lain saya tidak suka dibohongi oleh orang yang sangat saya cintai.
Keesokan harinya setelah melakukan ijab khabul kami semua melakukan resepsi.Perasaan saya sangat senang.Banyak tamu yang hadir, mulai dari teman-teman saya dan Maya sampai kerabat dan teman-taman Ayah dan Ibu.Tapi yang paling saya senang adalah kehadiran Yuni.Dia datang bersama anak dan suaminya.
Perasaan senang dan terkajut bercampur manjadi satu.Saya tidak mengetahui jika dia sudah menikah dan mempunyai satu orang anak laki-laki.
            “Selamat ya Ji dan kamu juga Ya…Selamat menempuh hidup baru…”
            “Iya terimakasih…”
Setelah acara resepsi selesai, saya dan Maya pulang kerumah.
*****
            “Hari ini banyak sekali polisi yang bertugas …”
            “Iya hari ini kan tahun baru”
            “Mana Helga ?”
Saya dan Maya sudah menikah hampir empat tahun.Kami sudah mempunyai anak laki-laki yang sekarang sudah berumur dua setengah tahun.
            “Sedang tidur…Oh iya ada kiriman barang dari luar negeri”
            “Dari siapa ?”
            “Kamu buka saja…aku belum sempat membukanya…”
Sayapun membuka kiriman tersebut dengan penasaran.Didalamnya terdapat sepasang sepatu tenis dan sebuah foto anak laki-laki.Di balik foto itu tertulis nomer telephon, tandatangan dan nama terang laki-laki.Namanya adalah Aji Setiawan, sama dengan nama saya.Tanpa berfikir panjang saya langsung menghubungi nemer tersebut.
            “Hallo…”
            “Hallo mas Aji…”
            “Ini siapa ?”
            “Apakah kau sudah lupa dengan suaraku… hei lelaki tampan?”
            “Apakah kau Yuni ?”
“Iya ini aku Yuni…Kamu tidak ingin mengucapkan selamat tahun baru kepada Aji Junior… ?”
“Apa yang kamu maksud?”
“Saya tidak pernah melakukannya dengan laki-laki lain…Kita melakukannya pada waktu pulang dari Rumah Sakit…Apakah kamu sudah lupa ?”
Tanpa terasa gagang telephon jatuh dari tangan bersamaan dengan air mata yang jatuh di pipi saya.Saya sangat terpukul mendengarnya.Mendengar parkataan itu banyak sekali ketakutan yang menghinggapi pikiran saya.Saya takut istri saya mengetahuinya.Tetapi inilah kenyataan.Kenyataan yang harus saya terima setelah semua kepura-puraan yang dulu kami lakukan.
Inilah akhir dari pertaruhan cinta yang saya ambil.Satalah itu setiap tahun baru saya menerima bingkisan dari anak saya.Dan saya juga mengirim bingkisan untuk anak saya.Anak kami, saya dan Yuni.Salah satu tokah penting dalam hidup saya.Semoga suatu saat saya bisa bertemu dengan anak saya.Anak saya dengan perempuan tempat saya mempertaruhkan cinta dan yang hampir saya cintai, Yuni.


Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

 
Support : Twitter | Facebook | Cara Zaenal
Copyright © 2013. Belajar Cerpen - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Belajar Cerpen
Proudly powered by Blogger