Senja
menutup biasnya dengan mengubahnya menjadi malam yang pekat.Sejak nuansa senja
sendu hingga malam yang pahit datang tak membuat hati saya larut dalam kelamnya
hidup ataupun riang dalam gemerlap malam kota.Saya menunggu di sebuah café yang
berada di jalan M.T Hariyono.Dengan suara yang keras, saya nikmati lantunan
demi lantunan suara music pop.Saya ambil hand phone dan membaca sebuah pesan
singkat.Malam ini dia akan datang menemui saya.Itu pesannya dalam sebuah sms
yang sudah beberapa kali saya buka.Baris terakhir tertulis tantang tujuan saya
ingin menemuinya.dalam sms itu dia menuliskan: temui saya jika kamu ingin tahu
bagaimana perasaan kekasihmu sekarang, hei lelaki tampan.
gambar
Ketika
saya membaca kata-katanya tersebut, hati saya merana, perih yang menyelusup
seluruh rongga hati saya.Sesukanya saja dia berkata seperti itu, seakan-akan
dia mengetahui keadaan hubunganku dengan kekasihkuku sekarang.Memang hubungan
kami tidak direstui oleh orang tua saya.Selebihnya, saya sangat senang dan
bahagia menjalani hubungan ini.Itu saya ketahui setelah Maya kekasihku mengaku
telah diperingatkan oleh kedua orang tau saya untuk menjauhi saya.
Saya
sangat bersyukur memiliki seorang pacar yang cantik jelita, indah parasnya,
luhur budinya.Dia juga aktif dalam kegiatan organisasi disekolahnya.Memeng dia
kerap kali sibuk dengan dengan agenda-agendanya itu.Tetapi saya tetap mendukung
kegiatannya karena saya sangat mencintainya.
Tidak
lama,pundak saya serasa ditepuk dari belakang, dan kontak saya tengok siapa
gerangan.Seorang wanita cantik yang masih menggunakan seragam abu-abu putih dan
mengenakan jaket biru.
“Hey
mas Aji”Sapanya sambil duduk didepan saya.
“Hey
juga…Mau pesan apa ?”
“Trima kasih…tapi tidak usah, kita
langsung saja bicara tentang hubunganmu dengan Maya…Perkenalkan nama saya Yuni
Deviana, panggil saja Yuni”
“Apa
yang kamu tahu tentang Maya ?Lalu apa yang kamu inginkan ?”
Saya
heran dengan penampilannya.Bagaimana mungkin sudah jam setengah delapan malam
seorang perempuan masih menggenakan seragam sekolah.Saya juga melihat cara
bicaranya sebagai seorang yang cerdas.Walaupun cara bicaranya terdengar agak
sinis, tetapi tetap terlihat kalau dia adalah perempuan yang cerdas.
Di
sinilah dia menawarkan sebuah perjajnjian kepada saya.Perjanjian itu menyangkut
hubunganku dengan kekasihku Maya.Memang hubungan saya dengan Maya tidak
mendapat restu dari kedua orang tua saya.Yuni menawarkan sebuah perjanjian yang
terdengar agak gila untuk saya lakukan.Dia akan berpura-pura menjadi pacar saya
dihadapan kedua orang tua saya.Tetapi dia mengajukan sebuaah syarat kepada
saya.Dia ingin mendapatkan beasiswa di Universitas Negeri Surabaya (UNESA).Saya
harus menemaninya mencari persyaratan dan sekaligus mengantarkannya kesurabaya
untuk interviu dan daftar ulang jika dia diterima memlalui jalur beasiswa.
“Hal
itu sulit saya lakukan…”
“Mengapa
?”
“Saya
sangat mencintai Maya…”
“Sebelum
kamu tahu tentang perjanjian tersebut, Maya sudah menyetujuinya.
Bahkan Mayalah yang mempunyai ide
seperti ini…”
Mengetahui
jika kekasihku sudah mengetahui perihal perjanjian tersebut saya pun agak
sedikit lega.Yang saya herankan lagi adalah persyaratan yang dia ajukan kepada
saya.Bukankah dia bisa mencari semua persyaratan untuk mendapat beasiswa itu
sendiri dan untuk interviu dia juga bisa berangkat sendiri naik kereta api atau
bus saja.
*****
Titik-titik
air yang jatuh dari udara masih terlihat.Hari ini adalah hari daftar ulang Yuni
di UNESA.Hari ini juga hampir dua bulan setelah aku bertemu Yuni di café dan
tepat satu bulan setelah saya mengantarkannya untuk interviu.Hari ini Yuni
memintaku menemaninya naik kereta api.Tidak seperti pada saat interviu, hari
ini dia memintaku seperti itu karena dia belum pernah naik kereta api
sebelumnya.
“Bu
aku berangkat kerumah Yuni…Mungkin nanti sore aku sudah pulang…”
“Iya
hati-hati…Jadi kamu naik kereta api ?”
“iya
Bu…Jadi, Yuni sendiri yang memintanya …”
Aku
segera bergegas berangkat ke rumah Yuni.Karena kereta berangkat pukul 04.30
WIB, jadi aku harus ada di stasiun sebelum jam 04.30.
Sesampainya di rumah Yuni saya susdah
melihat Ibunya duduk di halaman depan rumahnya.Saya langsung turun dari sepeda
motor dan menyalaminya.
“Syukur
ya Ji…Yuni bisa diterima”
“Iya
Bu…”
“Kamu
masuk saja ! Mungkin Yuni sudah menunggu..”
Yuni
hanya tinggal bersama Ibunya di rumah.Ayahnya bekerja sebagai pedagang
kerajinan di Bali bersama kakaknya.Terlihat banyak sekali barang pajangan di
ruang tamu.Walaupun rumahnya tidak terlalu besar menurut saya.Rumahnya sangat
sederhana dan barang-barang yang ada di dalam rumah juga sangat sederhana .
“Ayo
Mas !”
“Sudah
siap ?”
“Iya…Ayo
cepat berangkat ! Nanti ketinggalan kereta”
Sesampainya
di stasiun saya segera membeli tiket dan menunggu kereta berangkat di
kursi.Tidak banyak orang yang naik kereta hari ini, mungkin karena hari ini
adalah hari rabu dan kereta api penataran mulai berangkat dari Blitar.Yuni
duduk di sampingku dan membuka tas miliknya.Dia mengeluarkan dua buah bekal
yang disiapkan oleh ibunya.Dua buah donat besar yang katanya dia buat tadi
malam bersama Ibunya.
Tidak
lama berselang kereta berangkat.Saya merasa senang hari ini, karena setelah ini
semua persyaratan sudah selesai saya lakukan.Mungkin setelah ini saya tidak
akan bertemu dengannya lagi.Tapi saya tidak tahu apa yang dipikirkan Yuni saat
ini.Mungkin senang karena dia diterima jalur beasiswa di UNESA.
“Jam
berapa kita sampai di sana Mas ?”
“Kira-kira
jam sepuluh Yun…”
Sesampainya
di Surabaya kami langsung naik angkot menuju kampus UNESA.Hampir pukul sebelas
kami sampai.Yuni langsung masuk ruang tempat daftar ulang.Dua jam kemudian Yuni
keluar dangan wajah masih terlihat tegang.Saya sangat lega karena debgan ini
saya melaksanakan semua syarat yang Yuni inginkan.
“Sudah
selesai Mas…”
“Kita
pulang sekarang atau istirahat dulu ?”
“Langsung
pulang saja Mas !”
Saya
dan Yuni memutuskan pulang naik bus.Karena jika pulang naik kereta api kami
harus menunggau sampai jam setengah lima sore.Jika naik bus perjalanan kami
tempuh sekitar tiga jam.
Akhirnya
kami tiba di Blitar.Setelah turun dari bus, saya dan Yuni harus jalan kaki
untuk mengambil sepeda motor saya yang tadi pagi saya perkir di stasiun.Dan
saat itu juga sumua syarat sudah saya penuhi.Lega rasanya, rasanya beban dibahu
saya sudah hilang.Sekarang tinggal mengantarkan Yuni pulang dan saya bisa
istirahat di rumah.
****
Saya
melihat Maya dari jendela kereta api Mataremaja.Memang saya sengaja memintanya
untuk menjemput saya di stasiun.Maya sekarang sudah bekerja di sebuah
supermarket di dekat stasiun, maka dari itu saya meminta Maya menjemput
saya.Hari ini Bapak Susilo Bambang Yudoyono dilantik menjadi presiden.
Saya
Bekerja di Jakarta.Tidak tahu kenapa saya di minta pulang oleh Ibu saya.Mungkin
karena Ayah saya sedang sakit.
“Saya
tidak mamapir Ji..”
“Kenapa
Ay ?” Panggilanku kepada Maya
“Saya
tidak enak dengan keluargamu”
Saya
hanya diantarkan Maya sampai di depan rumah.Kemudian saya melihat rumah dalam
keadaan terkunci.Saya heran, jarang sekali rumah saya sepi seperti
ini.Tiba-tiba salah satu tetangga saya memberi tahu kalau Ayah saya dibawa ke
Rumah Sakit tadi pagi.Tetapi kunci rumah dititipkan olah Ibu saya di tetengga
saya.Setelah diberi kunci rumah saya langsung masuk kerumah untuk mandi.
Belum
juga saya selesai mengenakan pakaian hand phone saya berbunyi.Saya terkejut
dangan nomer yang menghubungi saya.Nomer ini adalah nomer milik Yuni.Saya heran
dengannya, sudah hampir luma tahun dia tidak pernah menghubungi saya.Tapi hari
ini dia menelphon saya.Dia hanya member tahu saya jika saya sudah sampai saya
disuruh oleh Ibu saya ke Rumah Sakit.
Saya
langsung berangkat ke Rumah Sakit.Sesampainya di Rumah Sakit saya melihat Ibu
saya dan Yuni sedang duduk di depan kamar rawat Rumah Sakit.Ternyata selama
hampir lima tahu ini Ibu saya masih berhubungan dengan Yuni.
“Bagaimana
keadaan Ayah Bu ?”
“Ayahmu cuma kecapean…Hampir satu
minggu Ayahmu tidurnya
malam- malam…Banyak
pekerjaan kantor yang sampai dibawa pulang…Kata dokter suda tidak apa-apa,
paling besok pagi bisa dibawa pulang”
“Syukurlah kalau begitu Bu”
Saya
lega mendengar kalau Ayah tidak apa-apa.Setalah saya menemui Ayah, saya menemui
Yuni.Ternyata dalam kurun waktu hampir lima tahun setiap dia pulang di Blitar,
Ibu saya selalu memintanya untuk main kerumah saya.Dan dalam kurun waktu lima
tahun itu Ibu dan Yuni semakin dekat.Tetapi Ibuku tidak pernah cerita apa-apa
kepada saya.
“Apa
kabar kamu Yun ?”
“Baik
Mas…Mas sendiri bagaimana kabarnya ?”
“Baik
juga”
“Bagaimana
dengan hubungan Mas dengan Maya ?”
“Tadi
Maya yang menjemput saya di stasiun”
Pagi
harinya Ibu menyuruh saya pulang bersama Yuni untuk menata kamar Ayah saya.Pagi
itu hujan sangat lebat.Sesampainya di rumah kami berdua sampai basah
kuyub.Karena berangkatnya ke Rumah Sakit kemarin saya terburu-buru sampai tidak
membawa jas hujan.
Kami
berdua langsung masuk kamar Ayah saya.Seperti apa yang Ibu perintahkan kepada
saya untuk menata kamar Ayah sebelum ayah pulang.
Tidak
lama kemudian Ayah dan Ibu pulang dijemput olah paman saya.
****
“Ibu
dan Bapak setuju saja…”
“Hanya
resepsinya saja Bu .”
“Jadi,
kalian berencana merayakan respsi pernikahan kalian di Graha Patria…”
“Iya Bu Yah…ini sudah kami rencanakan
sejak lama”
Besok
saya akan menikah.Hampir satu tahun setelah saya terekir bertemu dengan yuni.Saya
akan menikah dengan perempuan yang saya sangat cintai.Besok saya akan menikah
dengan Maya.
Pada
saat itu Maya mengaku bahwa dia telah membohongi saya selama ini.Ternyata
bukanlah orang tua saya yang tidak menyetujui hubungan kami berdua.Dia
melakukan itu karena dia takut saya akan meninggalkannya.Dalam waktu hampir
enam tahun Maya membujuk orang tuanya untuk merestui hubungan kami
berdua.Disatu sisi saya senang dengan keyakinan Maya untuk bisa meyakinkan
orang tuanya pada saya.Tapi disisi lain saya tidak suka dibohongi oleh orang
yang sangat saya cintai.
Keesokan
harinya setelah melakukan ijab khabul kami semua
melakukan resepsi.Perasaan saya sangat senang.Banyak tamu yang hadir,
mulai dari teman-teman saya dan Maya sampai kerabat dan teman-taman Ayah dan
Ibu.Tapi yang paling saya senang adalah kehadiran Yuni.Dia datang bersama anak
dan suaminya.
Perasaan
senang dan terkajut bercampur manjadi satu.Saya tidak mengetahui jika dia sudah
menikah dan mempunyai satu orang anak laki-laki.
“Selamat
ya Ji dan kamu juga Ya…Selamat menempuh hidup baru…”
“Iya
terimakasih…”
Setelah acara resepsi selesai, saya dan
Maya pulang kerumah.
*****
“Hari
ini banyak sekali polisi yang bertugas …”
“Iya
hari ini kan tahun baru”
“Mana
Helga ?”
Saya
dan Maya sudah menikah hampir empat tahun.Kami sudah mempunyai anak laki-laki
yang sekarang sudah berumur dua setengah tahun.
“Sedang
tidur…Oh iya ada kiriman barang dari luar negeri”
“Dari
siapa ?”
“Kamu
buka saja…aku belum sempat membukanya…”
Sayapun
membuka kiriman tersebut dengan penasaran.Didalamnya terdapat sepasang sepatu
tenis dan sebuah foto anak laki-laki.Di balik foto itu tertulis nomer telephon,
tandatangan dan nama terang laki-laki.Namanya adalah Aji Setiawan, sama dengan
nama saya.Tanpa berfikir panjang saya langsung menghubungi nemer tersebut.
“Hallo…”
“Hallo
mas Aji…”
“Ini
siapa ?”
“Apakah
kau sudah lupa dengan suaraku… hei lelaki tampan?”
“Apakah
kau Yuni ?”
“Iya ini aku Yuni…Kamu tidak ingin
mengucapkan selamat tahun baru kepada Aji Junior… ?”
“Apa yang kamu maksud?”
“Saya tidak pernah melakukannya dengan
laki-laki lain…Kita melakukannya pada waktu pulang dari Rumah Sakit…Apakah kamu
sudah lupa ?”
Tanpa
terasa gagang telephon jatuh dari tangan bersamaan dengan air mata yang jatuh
di pipi saya.Saya sangat terpukul mendengarnya.Mendengar parkataan itu banyak
sekali ketakutan yang menghinggapi pikiran saya.Saya takut istri saya
mengetahuinya.Tetapi inilah kenyataan.Kenyataan yang harus saya terima setelah
semua kepura-puraan yang dulu kami lakukan.
Inilah
akhir dari pertaruhan cinta yang saya ambil.Satalah itu setiap tahun baru saya
menerima bingkisan dari anak saya.Dan saya juga mengirim bingkisan untuk anak
saya.Anak kami, saya dan Yuni.Salah satu tokah penting dalam hidup saya.Semoga
suatu saat saya bisa bertemu dengan anak saya.Anak saya dengan perempuan tempat
saya mempertaruhkan cinta dan yang hampir saya cintai, Yuni.
0 komentar:
Posting Komentar