Home » » Nenek Tua Di Toko

Nenek Tua Di Toko

Written By mas muhlis on Kamis, 27 Maret 2014 | 00.47

            Sudah Enam hari aku bekerja.Capek juga ternyata.Biasalah, kerjaan seorang penjaga took.Tapi walaupun capek tentu saja aku senang, sebab paling tidak aku bukan pengangguran lagi.Walaupun Cuma toko kecil yang berjualan acsesoris handphone dan gajinya kecil aku senang.Muda-mudahan semua lancer.
Hari ini ada kejadian unik yang aku temui di tempat kerja tadi.Ketika hendak membuka pintu toko aku menemukan seorang nenek tua di depan pintu toko.Tentu saja aku kaget.
“Em…maaf Nek, Nenek… siapa ?”tanyaku mencoba ramah, meski aku tak dapat menyembunyikan beberapa kerut di keningku.
Nenek tua itu mengenakan baju seperti Guru TK.Tetapi baju itu sudah terlalu kumal dan dekil.Sedikit aku teringat para pengemis di jalan.Apakah Nenek ini juga pengemis ? Pikirku.
Ia tak menjawab pertanyaanku, melainkan menatapku dengan mata yang sulit diterjemahkan.Aku melongok-longok kesekitar, mengalihkan dari tatapan Nenek tua itu.Saat itu tak ada satu orengpun yang ada di sekitar itu.
“Kamu siapa ?”tiba-tiba terdengar suara yang kerak, serak.matanya masih menatapku.
“Em…kenapa?”tanyaku sambil tersenyum bersahabat.
“Kamu yang punya toko ini ?”lanjutnya pelan dan datar.
“Bukan Nek, yang punya toko ini belum datang.Saya penjaga toko ini.”jawabku dengan kata-kata yang mudah dicerna.
“Bu Al mau ketemu yang punya toko ini.”
“Oh, nama Nenek Al, ya ?”senyumku, Al apa ya ?Alfiah, Alin atau Alfi ?Yang pasti bukan almari, hehe.Itu sih tempat pakaian.
“Eh, emang Bu Al mau apa sama yang punya toko ini?”
“Kapan dia datang ?”tanyanya tetap datar.
“Saya juga enggak tahu pasti.”meski aku penjaga tokonya, tapi aku tah tahu betul dia ke toko jam brapa.
“Memangnya Nenek ada parlu apa, ya ?”kutanya lagi dia kemudian.
Di tengah kebingunganku tiba-tiba saja Nenek itu bengkit, lalu pergi meninggalkanku yang hanya bisa trbengong.
Hah…Heran deh.Siapa Nenek tua itu, ya ?
****
Hari ini seperti biasanya aku berangkat ke toko.Aku berangkat naik sepedah motor.Memang rumahku dengan tempat kerjaku agak jauh.tempatku bekrja letaknya ditengah kota, sedangkan rumahku berada di kampong.
Hari ini Mas Rely tidak bisa datang ke toko.Tadi pagi dia telfon saya, katanya ada urusan keluarga yang mendadak.Untunglah hari ini aku juga agak tidak enak badan.Biasanya kalau dia ada, ada saja pekerjaanku.Disuruh inilah, itulah pokoknya ada saja.Tapi hari ini aku bisa agak tanang, hehe.Senangnya.
Anehnya pada waktu aku mau menutup toko.Tiba-tiba datang Bu Al yang kemarin.
“Apa yang punya toko ada ?”tanyanya.Tepat ketika aku  hendak menutup pantu toko.Entah sejak kapan dia berada di bangku depan toko itu.
“Bu Al ?” aku menatapnya heran.Bertambah heran ketika pertanyaannya masih perihal pemilik toko ini.
“Apa hari ini dia tidak datang ?”ulang Bu Al tetap dengan nada datarnya.
“Hari ini yang punya toko tidak datang.”jawabku lembut. “Memangnya Nenek benar-benar mau ketemu sama pemilik toko ini ?”
“Namanya siapa, ya ?”Tanya Bu Al.
“Rely nama pemilik toko ini.”terangku sembari duduk di dekat Bu Al.
“Rely ?”
“Ya.”
“Aku mau ketemu!”
“Pak Rely hari ini tidak datang.Besok dia baru datang ke toko.”
“Rely itu jahat.Dia jahat.”
“Jahat ?Kenapa ?”
“Pokoknya aku mau ketemu dia.”
Aku geleng-geleng kepala.Orang ini…,kok aneh ya ?
****
Sudah beberapa hari Bu Al tidak datang ke toko.Entah mengapa.Padahal katanya dia mau bertemu Mas Rely.
Sejujurnya aku masih penasaran dengan orang itu.Tapi bingung juga seandainya nanti Mas Rely ada, apa yang mau dikatakannya ?Tapi kalau tidak bertemu aku tidak tahu apa maksud Bu Al sebenarnya.
Hari ini rencananya aku mau bertemu Bu Al.Bukan, bukan karena kebetulan seperti biasanya.Tapi kali ini aku sengaja mencarinya.Dari orang-orang yang sering berkumpul di toko akhirnya aku mendapatkan alamat Bu Al.
Setelah mendapatkan alamat rumahnya, sepulang kerja aku langsung mencarinya.Setelah cukup lama mencari akhirnya aku aku tiba di sebuah rumah sederhana.Seorang pria menyambutku dengan tingkah sopan.
“Benar di sini rumah Bu Al ?”tanyaku sopan.
“Benar Mas. Mas ini…?”
“Saya temannya Bu Al,”tambahku cepat.
“Temannya Bu Al ?Wah…”
“Bu Al ada Mas ?”tanyaku sebelum lelaki itu sempat berfikir banyak.
“Eh, iya…ya.Bu Al masih pergi”lelaki itu melongok-longok ke luar.
“Eh, nggak pa-pa, Mas.Saya cuma sebentar kok.”kataku cepat.
“Mas ini temannya Ibu…”lelaki itu masih tak percaya.Tak lama kemudian aku menceritakan bagaimana aku bisa mengenal Bu Al.Begitu selesai mendengar ceritaku lelaki itu terlihat bingung.
“Wah, Ibu itu memang begitu.Nanti kalau pulang saya kasih tahu dia.”
Wah, tambah heran saja aku dibuatnya.
“Aduh, Mas.Maafkan Ibu saya, ya !SAya tidak tahu kalau dia sering datang ke toko itu.Kalau saya tahu pasti sudah saya larang, Mas”
“Ah, nggk pa-pa kok Mas.”jawabku sambil tersenyum.
Lelaki itu akhirnya menarik nefas panjang sebelum kemudian ia mulai bercerita.
“Begini, Mas.Sebenarnya saya juga gak tahu pasti.Cuma barang kali sebabnya sayapikir Ibu itu marah.
Dulu toko itu adalah sebuah agen TKI, banyak orang di daerah sini daftar disana.Adik permpuan saya juga ikut daftar disana.Karena adik saya hanya lulusan SMP.Sudah mencari kerja kemana-mana tidak ada yamg diterima.Akhirnya dia daftar jadi TKI di Hongkong.
Setelah hampir Lima bulan belajar akhirnya adik saya berangkat juga.Di sana dia mendapat uang saku untuk biaya perjalanannya.Pada mulanya PT itu sering member kabar adik saya kepada Ibu.Maklum di rumah kami tidak punya alat komunikasi dulu.
Tetapi dalam waktu hampir delapan bulan sejak adik saya berangkat.Tiba-tiba saja PT itu tutup.Saya juga tidak tahu sebabnya apa.Apakah bangkrut ? Apakah pindah tempat ? Yang jelas tidak ada pemberitahuan apa-apa kepada pihak keluarga TKI di rumah.Sejak saat itu kami tidak tahu kabar adik saya di sana.”
Aku manggut-manggut mendengar cerita lelaki itu.Tiba-tiba aku jadi kasihan juga.
“Saya juga sempat bingung soal Ibu.mungkin Ibu mengira pemilik toko itu juga pemilik PT agen TKI dulu.Malanya Ibu saya ngotot ingin bertemu dengennya.
Aku mengangguk-ngangguk lagi.
Pada saat lelaki itu sedang bercerita tiba-tiba Bu Al datang.Dia segera member pengertian kepada Ibunya.Entah mengapa, setelah melihat diri Bu Al mataku meneteskan air mata.Aku tak bisa measakan pa yang dirasakan Bu Al.Anak perempuannya pergi tanpa ada kabar.Kasihan sekali Bu Al, tetapi aku tak bisa berbuat apa-apa.Yang bisa kulakukan hanya member tahu Mas Rely tentang ini.Agar Bu Al tidak salah paham padanya.

Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

 
Support : Twitter | Facebook | Cara Zaenal
Copyright © 2013. Belajar Cerpen - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Belajar Cerpen
Proudly powered by Blogger