Sudah
Enam hari aku bekerja.Capek juga ternyata.Biasalah, kerjaan seorang penjaga
took.Tapi walaupun capek tentu saja aku senang, sebab paling tidak aku bukan
pengangguran lagi.Walaupun Cuma toko kecil yang berjualan acsesoris handphone
dan gajinya kecil aku senang.Muda-mudahan semua lancer.
Hari ini ada kejadian unik yang aku
temui di tempat kerja tadi.Ketika hendak membuka pintu toko aku menemukan
seorang nenek tua di depan pintu toko.Tentu saja aku kaget.
“Em…maaf Nek, Nenek… siapa ?”tanyaku
mencoba ramah, meski aku tak dapat menyembunyikan beberapa kerut di keningku.
Nenek tua itu mengenakan baju
seperti Guru TK.Tetapi baju itu sudah terlalu kumal dan dekil.Sedikit aku
teringat para pengemis di jalan.Apakah Nenek ini juga pengemis ? Pikirku.
Ia tak menjawab pertanyaanku,
melainkan menatapku dengan mata yang sulit diterjemahkan.Aku melongok-longok
kesekitar, mengalihkan dari tatapan Nenek tua itu.Saat itu tak ada satu
orengpun yang ada di sekitar itu.
“Kamu siapa ?”tiba-tiba terdengar
suara yang kerak, serak.matanya masih menatapku.
“Em…kenapa?”tanyaku sambil tersenyum
bersahabat.
“Kamu yang punya toko ini
?”lanjutnya pelan dan datar.
“Bukan Nek, yang punya toko ini
belum datang.Saya penjaga toko ini.”jawabku dengan kata-kata yang mudah
dicerna.
“Bu Al mau ketemu yang punya toko
ini.”
“Oh, nama Nenek Al, ya ?”senyumku,
Al apa ya ?Alfiah, Alin atau Alfi ?Yang pasti bukan almari, hehe.Itu sih tempat
pakaian.
“Eh, emang Bu Al mau apa sama yang
punya toko ini?”
“Kapan dia datang ?”tanyanya tetap
datar.
“Saya juga enggak tahu pasti.”meski
aku penjaga tokonya, tapi aku tah tahu betul dia ke toko jam brapa.
“Memangnya Nenek ada parlu apa, ya
?”kutanya lagi dia kemudian.
Di tengah kebingunganku tiba-tiba
saja Nenek itu bengkit, lalu pergi meninggalkanku yang hanya bisa trbengong.
Hah…Heran deh.Siapa Nenek tua itu,
ya ?
****
Hari ini seperti biasanya aku
berangkat ke toko.Aku berangkat naik sepedah motor.Memang rumahku dengan tempat
kerjaku agak jauh.tempatku bekrja letaknya ditengah kota, sedangkan rumahku
berada di kampong.
Hari ini Mas Rely tidak bisa datang
ke toko.Tadi pagi dia telfon saya, katanya ada urusan keluarga yang
mendadak.Untunglah hari ini aku juga agak tidak enak badan.Biasanya kalau dia
ada, ada saja pekerjaanku.Disuruh inilah, itulah pokoknya ada saja.Tapi hari
ini aku bisa agak tanang, hehe.Senangnya.
Anehnya pada waktu aku mau menutup
toko.Tiba-tiba datang Bu Al yang kemarin.
“Apa yang punya toko ada
?”tanyanya.Tepat ketika aku hendak menutup pantu toko.Entah sejak
kapan dia berada di bangku depan toko itu.
“Bu Al ?” aku menatapnya
heran.Bertambah heran ketika pertanyaannya masih perihal pemilik toko ini.
“Apa hari ini dia tidak datang
?”ulang Bu Al tetap dengan nada datarnya.
“Hari ini yang punya toko tidak
datang.”jawabku lembut. “Memangnya Nenek benar-benar mau ketemu sama
pemilik toko ini ?”
“Namanya siapa, ya ?”Tanya Bu Al.
“Rely nama pemilik toko
ini.”terangku sembari duduk di dekat Bu Al.
“Rely ?”
“Ya.”
“Aku mau ketemu!”
“Pak Rely hari ini tidak
datang.Besok dia baru datang ke toko.”
“Rely itu jahat.Dia jahat.”
“Jahat ?Kenapa ?”
“Pokoknya aku mau ketemu dia.”
Aku geleng-geleng kepala.Orang
ini…,kok aneh ya ?
****
Sudah beberapa hari Bu Al tidak
datang ke toko.Entah mengapa.Padahal katanya dia mau bertemu Mas Rely.
Sejujurnya aku masih penasaran
dengan orang itu.Tapi bingung juga seandainya nanti Mas Rely ada, apa yang mau
dikatakannya ?Tapi kalau tidak bertemu aku tidak tahu apa maksud Bu Al
sebenarnya.
Hari ini rencananya aku mau bertemu
Bu Al.Bukan, bukan karena kebetulan seperti biasanya.Tapi kali ini aku sengaja
mencarinya.Dari orang-orang yang sering berkumpul di toko akhirnya aku
mendapatkan alamat Bu Al.
Setelah mendapatkan alamat rumahnya,
sepulang kerja aku langsung mencarinya.Setelah cukup lama mencari akhirnya aku
aku tiba di sebuah rumah sederhana.Seorang pria menyambutku dengan tingkah
sopan.
“Benar di sini rumah Bu Al ?”tanyaku
sopan.
“Benar Mas. Mas ini…?”
“Saya temannya Bu Al,”tambahku
cepat.
“Temannya Bu Al ?Wah…”
“Bu Al ada Mas ?”tanyaku sebelum
lelaki itu sempat berfikir banyak.
“Eh, iya…ya.Bu Al masih pergi”lelaki
itu melongok-longok ke luar.
“Eh, nggak pa-pa, Mas.Saya cuma
sebentar kok.”kataku cepat.
“Mas ini temannya Ibu…”lelaki itu
masih tak percaya.Tak lama kemudian aku menceritakan bagaimana aku bisa
mengenal Bu Al.Begitu selesai mendengar ceritaku lelaki itu terlihat bingung.
“Wah, Ibu itu memang begitu.Nanti
kalau pulang saya kasih tahu dia.”
Wah, tambah heran saja aku
dibuatnya.
“Aduh, Mas.Maafkan Ibu saya, ya
!SAya tidak tahu kalau dia sering datang ke toko itu.Kalau saya tahu pasti
sudah saya larang, Mas”
“Ah, nggk pa-pa kok Mas.”jawabku
sambil tersenyum.
Lelaki itu akhirnya menarik nefas
panjang sebelum kemudian ia mulai bercerita.
“Begini, Mas.Sebenarnya saya juga
gak tahu pasti.Cuma barang kali sebabnya sayapikir Ibu itu marah.
Dulu toko itu adalah sebuah agen
TKI, banyak orang di daerah sini daftar disana.Adik permpuan saya juga ikut
daftar disana.Karena adik saya hanya lulusan SMP.Sudah mencari kerja
kemana-mana tidak ada yamg diterima.Akhirnya dia daftar jadi TKI di Hongkong.
Setelah hampir Lima bulan belajar
akhirnya adik saya berangkat juga.Di sana dia mendapat uang saku untuk biaya
perjalanannya.Pada mulanya PT itu sering member kabar adik saya kepada
Ibu.Maklum di rumah kami tidak punya alat komunikasi dulu.
Tetapi dalam waktu hampir delapan
bulan sejak adik saya berangkat.Tiba-tiba saja PT itu tutup.Saya juga tidak
tahu sebabnya apa.Apakah bangkrut ? Apakah pindah tempat ? Yang jelas tidak ada
pemberitahuan apa-apa kepada pihak keluarga TKI di rumah.Sejak saat itu kami
tidak tahu kabar adik saya di sana.”
Aku manggut-manggut mendengar cerita
lelaki itu.Tiba-tiba aku jadi kasihan juga.
“Saya juga sempat bingung soal
Ibu.mungkin Ibu mengira pemilik toko itu juga pemilik PT agen TKI dulu.Malanya
Ibu saya ngotot ingin bertemu dengennya.
Aku mengangguk-ngangguk lagi.
Pada saat lelaki itu sedang
bercerita tiba-tiba Bu Al datang.Dia segera member pengertian kepada
Ibunya.Entah mengapa, setelah melihat diri Bu Al mataku meneteskan air mata.Aku
tak bisa measakan pa yang dirasakan Bu Al.Anak perempuannya pergi tanpa ada
kabar.Kasihan sekali Bu Al, tetapi aku tak bisa berbuat apa-apa.Yang bisa
kulakukan hanya member tahu Mas Rely tentang ini.Agar Bu Al tidak salah paham
padanya.
0 komentar:
Posting Komentar