“ Sebentar lagi aku akan menemui
kepala sekolah….”
“Untuk apa kau menemui kepala
sekolah Wan ?”
“Aku ingin meminta
tandatangan…sekalian kita tunggu Rendy, mungkin tidak lama lagi dia datang ”
“ya sudah kita tunggu…mungkin
setelah ini kita bertiga akan berpisah”
Tak lama berselang Rendy datang
dengan nafas terengah-engah.Kami semua tahu, diantara kami bertiga Rendy lah
yang paling jauh rumahnya.Walaupun masih terlihat lelah dia tetap semangat,
karena hari ini dia dijanjikan sebuah pekerjaan oleh saudaranya di Kalimantan.
“Aku punya cerita..hari ini aku
senang sekali”
Karena penasaran, lantas aku
langsung bertanya kepada Rendy.
“Apa cerita yang kau bilang itu tadi
Ren ?Apakah nomer yang kau pasang kemaren tembus ?”
“Bukan-bukan…aku tidak pernah pasang
nomer..”
“Lalu apa Ren ?”
“Aku tadi malam diajak pamanku
bekerja di Kalimantan…Katanya bekerja di pabrik pengolahan kayu…Mungkin setelah
menerima ijazah aku berangkat..”
Tidak lama berselang kepala sekolah
datang.Erwan bergegas menemui beliau untuk memeinta tandatangannya.Sambil
membawa SKHU dari petugas tata usaha yang belum sempat dia masukan dalam sebuah
map.Sambil berlari dia memesukan SKHU itu ke dalam map.Tak lama berada di ruang
kepala sekolah kemudian Erwan keluar membawa SKHU yang suda di
tandatangani.Kemudian Erwan duduk diantara aku dan Rendy.
Salah satu teman kami datang dan
kemudian masuk ke ruang kepala sekolah.Dia adalah teman satu kelasku, tetapi
tidak begitu akrap dengan ku.Setelah keluar ruang kepala sekolah dia juga hanya
menyapa Rendy saja.Karena diantara aku dan kedua temanku hanya Rendy yang
paling akrab dengannya.Tetapi Rendy tidak begitu suka dengannya.Dia juga suka
memilih-milih teman dan jarang berbicara dengan kami bertiga.
Aku dan kedua temanku adalah anak
dari keluarga yang tidak mampu.Aku adalah anak seorang petani, Ayah Erwan
bekerja sebagai kuli bangunan.Rendy anak yatim, Ayahnya meninggal sejak dia
duduk di bangku sekolah dasar dan ibunya seorang buruh pabrik yang gajinya
hanya cukup untuk makan sehari-hari.
Kemarin adalah hari kelulusan
tingkat SLTA.Kami semua tahu kalau hari ini diadakan konfoi disini.Semua murid
yang lulus merayakannya hari ini, tetepi tidak kami bertiga.Karena bagi kami,
hari ini adalah awal dari perjuangan kami bertiga.Aku, Erwan dan Rendy.Kami
semua ingin mendapatkankan kehormatan.Sesuatu yang belum kami semua peroleh
sejak kami menangis setelah keluar dari rahim ibu kami.
“Aku ingin cepat-cepat bekerja…aku
ingin mengumpulkan uang yang banyak, lalu aku akn mendirikan sebuah perusahaan
pengolahan kayu…dari sana aku akan mendapatkan kehormatan…apa yang akan kau
lakukan Ren ?”
“Kalau aku akan pergi ke
Kalimantan.Di sana aku akan bekerja keras kemudian uang yang aku peroleh akan
aku berikan ibuku untuk memulai memelihara ayam petelur…aku melihat benyak
orang kaya yang berternak ayam petelur…”
Tinggal aku sendiri yang belum
mengucapkan keinginanku.Aku sedikit malu dengan kedua temanku.Karena aku akan
melanjutkan sekolahku ke perguruan tinggi di Solo.Tetapi semua teman-temanku
sudah mengucapkan keinginan mereka masing-masing.
“Aku akan melanjutkan
sekolah…Sebenarnya dari dulu aku bercita-cita menjadi seorang guru…Semoga
setelah menjadi guru aku akan mendapatkan kehormatan…”
Setelah mengucapkan keinginan kami
masing-masing, kami mengucapkan sebuah janji.Sebuah janji yang merubah hidup
kami semua.Janji yang tidak akan pernah terlupakan oleh kami semua.
“Jika salah satu diantara kita
mendapatkan banyak kehormatan, maka semua harus bisa mendapatkannya.Setelah
kita semua mendapatkan kehormatan, kita akan berkumpul disina, di Pacitan”
Kemudian kami berpisah.Tak tahu lagi
kapan kita dapat berkumpul kembali.Tetapi yang jelas kami mempunyai tujuan yang
sama.
****
Hampir tujuh tahun aku mininggalkan
Pacitan, semuanya hampir sama ketika aku masih di sini. Dalam waktu tujuh tahun
aku tidak pernah berkunjung ke Pacitan, karena aku mendapat tugas mengajar di
SMK N 1 BATAM dan istriku memiliki usaha konveksi yang sulit untuk ditinggalkan
di tambah anak kami yang masih kecil.Setelah turun dari mobil aku, istri dan
anaku langsung masuk ke dalam rumah untuk mencari Ibu dan Bapak.Aku dan
keluargaku akan lama berada di sini, mungkin sekitar dua minggu.
“Mengapa kamu tidak memberi kabar
adik kamu dulu kalau kamu mau pulang ?”
“Kemarin sudah saya telefon, tapi
tidak bisa”
“Ya sudah…kamu makan dulu dengan
istri dan anakmu, lalu istirahat”
Hari ini adalah hari terakir
puasa.Karena perjalanan jauh, aku sengaja tidak puasa bersama istri dan
anakku.Kami sekeluarga ingin merayakan Idul Fitri di Pacitan.Sekalian
mengenalkan anakku kepada kakek dan neneknya.Karena sejak lahir anakku belum
pernah melihat kakek dan neneknya.
Keesokan paginya setelah Sholat Idul
Fitri aku minta maaf kepeda kedua orang tuaku.Kemudian aku minta ijin kepada
orang tuaku untuk pergi kerumah teman-temanku bersama istri dan anakku,
termasuk Rendy dan Erwan.
“Pak... Bu… aku ingin pergi kerumah
teman-temanku dulu”
“Kemana Nang ?”
“Ya semua teman-temanku dulu
Bu…Termasuk Erwan dan Rendy”
Ibu dan Bapakku tidak menjawab
apa-apa.Mereka berdua seperti kebingungan mendengar perkataanku tadi.Kemudian
aku mengambil kunci sepeda motor yang ada di gantungan kunci.Lalu Bapakku pergi
keluar rumah.
“Kalau Erwan pergi ke
Jakarta…Mungkin rumahnya sepi tidak ada orang karena ibu dan bapaknya pergi ke
Solo…Kalau Rendy sudah pindah ke Kalimantan…Jadi kalian tidak usah pergi
kesana”
“Ya sudah kalau begitu Bu…Aku pergi
kerumah Paman-paman dan temanku yang lain saja…”
Aku dan keluargaku pergi menaiki
sepeda motor milik keponakanku.Rencananya kami akan pergi selaturahim kerumah
saudara-saudaraku dan ke rumah teman-temanku yang rumahnya tidak jauh dari
rumah saudara-saudaraku.
Jalan-jan di sini sudah bagus
semua.Tetapi bentuk-bentuk rumahnya tidak banyak yang berubah.Semuanya hampir
sama seperti aku masih kecil dulu.Penasaran dengan rumah temen-temanku aku
sengaja mengambil jalan yang melewati rumah Erwan.Pada saat itulah aku bertemu
dengan Ibu Erwan.Lalu aku menghampirinya.
“Permisi Bu…”
“Maaf kamu siapa ?kok Ibu
tidak pernah lihat kamu sebelumnya…Silakan masuk dulu nang”
“Saya Fandy Bu…Yang dulu sering ke
sini”
“Masa kamu Fandy ?”
“Iya Bu…”
“Ibu kok masih belum percaya…Lalu
ini anak dan istrimu nang ?”
“Iya Bu…Saya Fendy yang dulu…Oh iya
Bu, Erwan Bagaimana kabarnya di Jakarta ?Wahh…Kelihatannya suksus dia
Bu…Sampe-sampe lebaran begini tidak pulang…”
“Erwan di rumah nang…Siapa yang
bilang di Jakarta ?Sebentar lagi dia juga pulang, katanya tadi pergi sebentar
ke Arjosari membeli bensin”
“Lho…kata Ibu saya Erwan
kejakarta…oh iya, Rendy pernah ke sini apa tidak Bu…”
Tak berapa lama kemudian Erwan
datang.Aku senang sekali melihat temanku ini.Setelah Erwan masuk rumah aku
langsung bersalaman dan merangkulnya.Tetapi ada yang aneh pada saat aku
bersalaman dengannya.Aku merasakan tangan Erwan kecil sekali.
Setelah kami duduk aku baru
menyadari.Separuh telapak tangan kanannnya sudah tidak ada dan jari-jari
tangannya pun tinggal dua, hanya menyisakan ibu jari dan jari telunjuknya saja.
“Kenapa tanganmu Wan ?”
“Terkena gergaji…”
“Bagaimana bisa sampai terkena Wan
?”
“Musibah Fen…Tapi sudah tidak apa-apa…ini
juga sudah lama…Apa kau sudah tahu kabar Rendy ?”
“Iya tadi pagi aku diberi tahu
Ibuku…Rencanannya aku tadi kesana…oh iya, kenalkan ini anak dan istriku”
“Sejak saat itu, aku tidak pernah
lagi pergi ke rumahnya…Aku tidak kuat untuk pergi kesana..”
“Memangnya dia bekerja apa di
Kalimantan sana ??”
“Siapa yang pergi kesana ?Dia tidak
kemana-mana…Ayo kita kesana…Biarkan anak dan istrimu di rumah bersama Ibuku..”
Aku sangat terkejut mendengar
perkataan Erwan tadi.Aku dan Erwan pergi ke rumah Rendy.Aku sudah tidak sabar
ingin bertemu dengan salah satu sahabatku itu.Rumah Rendy dari sini masih cukup
jauh, membutuhkan waktu hampir tiga puluh menit mengendarai sepeda motor.Dulu
aku dan Erwan membutuhkan waktu hampir satu jam menggunakan sepeda ontel.Pada
saat aku sekolah dulu di rumah Erwan, aku dan Rendy belum mempunyai sepeda
motor.
Sesampainya di rumah Rendy, Erwan
segara memanggil adik perampuan rendy katanya Ibunya Rendy pergi keluar negeri
menjadi TKI di Hongkong.Adik Rendy hanya tinggal bersama neneknya di
rumah.Kondisi rumahnya tidak ada yang berubah, tatanan kursi dan lemarinya juga
tidak berubah.Terpajang pula lukisan Rendy pada saat masih duduk dibangku
SMK.Aku juga sempat melihat kamar Rendy.Tidak ada apa-apa di dalam kamar, yang
tersisa hanyalah tulisan dipintu dalam, Jika salah satu diantara kita
mendapatkan banyak kehormatan, maka semua harus bisa mendapatkannya.Setelah
kita semua mendapatkan kehormatan, kita akan berkumpul disini, di Pacitan.Aku
masih ingat, aku adalah salah satu orang yang mengucapkannya dulu.
“Kemana Rendy Da ?”
“Mas Rendy ngak ada…”
“Kemana dia pergi ?”
Ida diam saja setelah mendengar
pertanyaanku tadi.Setelah itu matanya berkaca-kaca seperti orang mau
menangis.Pada saat itulah aku mendengar sebuah perkataan yang paling menyedihkan
dalam hidupku.Aku langsung tidak bisa berkata apa-apa kepada siapapun juga.
****
Tanpa terasa sudah hampir dua minggu
aku di sini, di Pacitan.Rencananya besok lusa aku akan kembali ke Batam bersama
anak dan istriku.sebelum pulang Ibuku menyarankan aku untuk beziarah ke makam
kakek dan nenekku.Tetapi aku sendiri juga sudah berencana ingin ke kuburan
untuk berziarah.
“Kalau mau ke kuburan menunngu agak
sore saja”
“iya bu”
Sore itu kuburan sudah lumayan ramai
oleh para peziarah.Sesudah berziarah di makam kakek dan nenek, aku berkeliling
mencari sebuah kuburan.Anak dan istriku juga ikut mendampingiku mencari.Aku
ingin menunjukan makam itu pada anak dan istriku.Dengan sabar aku aku melihat
satu demi satu nama yang ada pada batu nisan yang berada di sisi kanan pintu
masuk kuburan.
“Ngapain Papa di sini ?”Tanya anakku
yang masih umur 5 tahun itu.
“Disini adalah kuburan orang-orang
yang dulu ada di Desa ini…Salah satu nama teman papa juga ada yang tertulis
disini…salah satu teman terbaik…salah satu orang yang berpengaruh dalam hidup
papa”
“Kenapa Pa”
“Takdir nak…Takdir tidak menemukan
papa padanya…Dia tertimpa kayu pada saat dia bekerja di Kalimantan…Dia
meninggal pada saat mencari kehormatan kami semua Papa, Om Erwan dan beliau
sendiri om Rendy”
Aku memejamkan mataku.Aku sedang
berdoa agar Tuhan menempatkan Sahabatku itu di tempat yang Mulia. Air mataku
mulai menetes dan membasahi pipinku.Salah satu sahabatku kini telah pergi.
Hanya kenangannya yang masih tersisa bersamaku. Aku hanya bisa ikhas melepas kepergian
sahabatku untuk selamanya.Semoga dia mendapat kehormatannya disana, di sisiNya.
Amin…
0 komentar:
Posting Komentar