Home » » Bagaimana Kalian Bertemu?

Bagaimana Kalian Bertemu?

Written By mas muhlis on Kamis, 13 November 2014 | 05.58

“Bagaimana kalian bertemu?” Ucapku lirih ketika aku mengingatnya. Pertanyaan itulah yang sulit aku jawab. Mungkin. Jujur aku sendiri lupa bagaimana kita bisa bertemu. Pertemuan pertama kita tidak berkesan sama sekali. Tak ada kata cinta pada pandangan pertama. Karena kita seperti tidak memiliki awal pertemuan. Tiba-tiba saja kau dan aku sudah memulai suatu hubungan yang rumit. Menurutku. Iya menurutku, karena kau sendiri tidak merasa seperti menjalani hubungan yang rumit. Kau tak terlihat memikirkan masalah ini.

“Hanya teman biasa.” Hanya itulah yang aku katakana ketika ada teman yang bertanya padaku perihal kedekatanku denganmu. Aku mengatakan yang sebenarnya. Tidak ada yang aku tutupi. Karena diantara kita memang tidak ada hubungan yang spesial. Kau dan aku memang tetap teman yang baik. Menurutmu. Itulah yang kau katakana. Tapi menurutku itu adalah sebuah penolakan. Ya, sebuah penolakan sebelum aku mengutarakan isi hatiku padamu. Tapi kau berbicara dengan senyumanmu. Sebuah senyuman yang manis. Senyumu seperti air dari mata air yang jernih yang menyapu masalah yang selalu membuatku sulit terpejam.

Aku masih sulit mengingatnya. Bagaimana kita bertemu? Apakah kita diperkenalkan oleh seseorang? Tidak ada yang memperkenalkan kita. Apakah kita berkenalan lewat jejaring sosial? Langsung aku bantah sendiri, karena saat itu balum ada facebook atau yang lain. Jadi siapa yang berasa memperkenalkan kita. Jika dari sekolah, menurutku sangat salah. Kita tidak pernah berada pada satu sekolah yang sama. Tidak ada satupun kegiatan yang membuat kita bertemu. Berjumpa dan menadi sahabat yang sangat baik.

Pernah sekali waktu aku bertanya padamu. Bagaimana cara kita bertemu? Kau hanya memberikan jawaban singkat disertai senyuman termanismu. Menurutku. “Apakah itu penting? Saat inilah yang penting.” Itulah kata darimu yang membuatku berhenti menggali-gali bagaimana kita bertemu. Aku hanya bisa menjawab dengan dibarengi candaan—tidak penting. Iya, saat inilah yang penting—jawabku sekenanya. Sambil melemparkan sebuah bungkus permen diatas kepalamu yang ditutupi kerudung.


Kuakui aku sangat mengidolakanmu. Semua darimu adalah hal yang baik dan menyenangkan. Bahkan senyuman dan kata-katamu saja sudah membuat dingin hatiku. Salah satu yang paling aku ingat adalah ceritamu tentang Fatimah—putri kesayangan Nabi Muhamad SAW. Dari situ aku tahu kau ingin seperti Fatimah. Dari keilmuan sampai penampilan. Dan pada saat yang sama aku ingin menjadi Ali yang mendapatkan Fatimah. Dan aku berusaha dan berjani pada diriku sendiri. Suatu saat aku akan mendapatan hatimu. Insyaallah.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

 
Support : Twitter | Facebook | Cara Zaenal
Copyright © 2013. Belajar Cerpen - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Belajar Cerpen
Proudly powered by Blogger